“... Agar seorang hamba (yaitu manusia) sepatutnya merenungi dan memikirkan nikmat-nikmat Allah atas dirinya, membandingkannya pada saat kenikmatan tersebut tidak ada ... Jika dia membandingkan ketika kenikmatan itu ada dan ketika tidak ada, akalnya akan menjadi sadar akan letak-letak kenikmatan Allah (pada dirinya).