Untuk membantah kedustaan ini kami katakan: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
((الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي))
"Bukti wajib atas penuduh."[2]
Perkara yang telah masyhur di kalangan masyarakat, bahwa orang barat mempunyai akhlak yang terpuji dalam hal mu'alamah, hal ini tidaklah benar. Karena sesungguhnya mereka mempunyai akhlak buruk yang telah diketahui oleh orang yang pernah pergi ke sana dan melihat dengan mata kepala sendiri yang penuh keadilan dan pertengahan bukan melihat kepada mereka dengan mata yang penuh dengan pemuliaan dan pengagungan. Seorang penyair telah mengucapkan:
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ *** كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاوِيَا
Pandangan simpati lemah dari segala cela
Sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat
Banyak pemuda terpercaya yang pernah pergi ke barat menceritakan kepadaku tentang perbuatan-perbuatan dari akhlak yang terburuk. Tetapi mereka jika tulus satu sama lain dalam perkara tertentu dari jual beli, bukan karena mereka adalah orang-orang yang memiliki akhlak, namun mereka tidak lain lagi adalah budak materi. Manusia semakin tulus dalam hal mua'malah yang bersifat keduniaan seperti ini, maka orang-orang akan tambah mendekat kepadanya dan akan lebih bersegera untuk membeli dan melariskan barang dagangannya.
Mereka berbuat demikian bukanlah karena mereka adalah orang-orang yang berakhlak sempurna, akan tetapi karena mereka budak materi. Mereka melihat bahwa termasuk faktor terbesar untuk mengembangkan harta mereka adalah dengan memperbaiki mua'malah mereka, dengan alasan agar mereka bisa menarik jumlah yang banyak kepada mereka. Kalau tidak, maka mereka seperti yang telah Allah 'Azza Wa Jalla sebutkan sifat mereka dalam firmanNya:
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ}
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah: 6).
Saya tidak menyangka ada seorang yang lebih benar dari Allah 'Azza Wa Jalla dalam menyebutkan sifat orang-orang kafir itu. Sesungguhnya mereka adalah makhluk yang paling buruk. Bagaimana bisa diharapkan satu kebaikan yang dikendaki dengan sendirinya dari satu kaum yang disebutkan sifat mereka oleh Allah bahwa mereka adalah makhluk yang paling buruk. Saya tidak meyakini hal itu bisa terjadi selama-lamanya. Akan tetapi apa yang ditemukan pada diri mereka seperti sifat jujur, pandai menjelaskan, serta ketulusan dalam sebagian mu'amalah, sesungguhnya yang ditujukan adalah untuk selainnya, yaitu untuk mendapatkan materi dan penghasilan. Jika tidak, maka barangsiapa yang melihat kezhaliman, penindasan dan perbuatan aniaya mereka terhadap orang lain dalam banyak tempat, dia akan mengetahui kebenaran firman Allah Ta’ala:
{أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ}
"Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)
Sedangkan berkaitan dengan apa yang telah terjadi di banyak kaum muslimin, seperti penipuan, dusta, dan khianat dalam hal mu'amalah, maka sesungguhnya orang-orang muslim ini telah berkurang kadar keislaman dan keimanan mereka sesuai dengan perkara yang telah mereka langgar dalam syari'at ini dalam hal mu'amalah.
Kemudian penyelisihan dan keluarnya sebagian kaum muslimin dari bingkai syari'at pada semisal perkara-perkara di atas, ini tidak berarti bahwa kekurangan tersebut berada dalam syari'at itu sendiri. Syari'at ini telah sempurna, sedangkan mereka itulah orang-orang yang berbuat jelek kepada syari'at Islam ini, kemudian kepada saudara-saudara mereka kaum muslimin, dan juga kepada orang-orang yang bergaul dengannya dari non muslim. Mereka sesungguhnya hanyalah berbuat jelek kepada diri mereka sendiri. Sedangkan orang yang berakal tidak menjadikan kejelekan pelaku keburukan sebagai suatu keburukan dalam syari'at yang dianut oleh pelaku keburukan ini.
Oleh karena itu, saya berharap seluruh kaum muslimin agar mereka mempunyai dorongan kuat dalam memerangi perkara-perkara yang tidak dibenarkan oleh agama Islam, seperti dusta, khianat, tipuan, tipu daya, dan yang sejenisnya.
Kemudian kita harus menjelaskan kepada masyarakat, bahwa kesempurnaan akhlak termasuk kesempurnaan agama ini, sebagaimana telah shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
((أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً))
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya."[3]
Atas hal ini, maka setiap orang yang kurang baik akhlaknya maka dia kurang sempurna agamanya. Kesempurnaan agama itu dengan kesempurnaan akhlak[4]. Oleh karena itu, pengaruh orang yang berakhlak sempurna dalam menarik orang lain kepada Islam dan kepada agama, lebih besar daripada pengaruh orang yang mempunyai keagamaan yang buruk akhlak. Dan jika orang yang kuat beribadah diberi taufik kepada akhlak yang sempurna, maka hal itu lebih baik dan lebih sempurna.
[#] Asy-Syaikh 'Abdul Malik Ramadhani hafizahullah telah membahas hal ini dalam satu buku khusus secara panjang lebar dan telah diterjemahkan dengan judul "Terpedaya dengan Gaya Hidup Orang Kafir" dan diterbitkan oleh Penerbit Gema Ilmu.
[2] Shahih. HR. At-Tirmidzi 1341, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' 2897. At-Tirmidzi juga berkata: "Sesuai hadits ini para ahlul ilmi dari kalangan shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan lainnya mengamalkan bahwa bukti wajib atas penuduh dan sumpah wajib atas orang yang tertuduh."
[3] Shahih. HR. Abu Dawud 4682 dan At-Tirmidzi 1162. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' 130, 1232.
[4] Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Madarijus Salikin (2/294): "Agama seluruhnya merupakan akhlak, sehingga apa yang menambahi akhlakmu, juga menambahi agamamu."
(Sumber: Makarimul Akhlaq oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar