Oleh: Syaikh Sa’ad Al-Husain Hafizhahullah
Hak Penguasa Atas Rakyatnya (Kewajiban Rakyat Terhadap Penguasa):
Mentaati, mematuhinya dalam perkara yang tidak mengandung maksiat, mendoakan kebaikan untuknya[1], memberikan nasehat kepadanya[2]. Allah berfirman:
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri (penguasa dan ulama) di antara kalian.” (QS. An-Nisa: 59)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من خرج من الطاعة وفارق الجماعة فمات؛ مات ميتة جاهلية
"Barangsiapa memberontak dari ketaatan kepada penguasa dan memecah-belah jamaah kaum muslimin, kemudian dia mati, maka dia mati seperti mati jahiliyyah." (HR Muslim)
Beliau juga bersabda:
الدين النصيحة،... لله ولرسوله ولكتابه ولأئمة المسلمين وعامتهم
"Agama adalah nasihat, ... bagi Allah, bagi Rasul-Nya, bagi Kitabnya, dan bagi penguasa kaum muslimin dan keumuman mereka".
Dan termasuk nasehat untuk penguasa semua adalah dengan mendoakan kebaikan untuk penguasa untuk diberi kebaikan dan taufik serta hidayah.
Imam Ahmad bin Hanbal ketika disebutkan penguasa pada masanya beliau berkata: "Aku mendoakan kebaikan dan keselamatan untuknya." (Kitab As-Sunnah karya Al-Khallal hal 84).
Imam Al-Barbahari mengatakan: "Jika anda melihat seorang mendoakan kejelekan untuk penguasa (muslim), maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut hawa nafsu, jika engkau mendengar dia mendoakan kebaikan untuk penguasa (muslim), maka dia adalah ahlussunnah. Kita diperintah untuk mendoakan kebaikan untuk penguasa (muslim) dan tidak diperintahkan untuk mendoakan kejelekan untuk meskipun mereka berbuat dosa dan zhalim, karena sisi dosa mereka akan ditanggung mereka sendiri sedang sisi kebaikan mereka itu akan berpengaruh pada diri mereka dan kaum muslimin (secara umum).” (Syarhus Sunnah hal. 51).
[1] Bukan malah mencaci mereka, menebarkan kebencian terhadap penguasa, selalu menyalahkan kebijakan mereka baik dalam media massa, forum-forum atau mimbar-mimbar dan lainnya. Seperti ini adalah ajarannya syiah rafidhah dan khawarij. Yang berakhir sampai mengkafirkan pemerintah muslim bahkan sampai menghalalkan darah mereka. (pent)
[2] bukannya membuka aib mereka, menampakkan kelemahan mereka di depan musuh. Tetapi memberi masukan yang baik kepada mereka dengan niat ikhlas, tidak dengan berdemo, atau cara-cara menjatuhkan dan lainnya yang bukan merupakan ajaran islam. Meskipun itu dilakukan oleh partai yang mengatakan dirinya partai islam. (pent)
Sumber: http://www.saad-alhusayen.com/articles/50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar