Oleh: Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi’i Rahimahullah
Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
“Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir`aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami.”
Jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata, "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS. Al-A’rof: 130-133).
Dalam ayat-ayat ini terdapat penjelasan bahwa Allah menyiksa orang-orang yang zholim. Dan itu adalah sunnatullah (ketetapan Allah) pada makhluk-Nya.
Ujian Allah dalam bentuk kelaparan, sakit, dan lainnya
Sesungguhnya Allah mempunyai banyak tentara,
وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ
“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Robbmu melainkan Dia sendiri.” (QS. Al-Mudatstsir: 31)
Seluruh yang diciptakan Allah, tunduk kepada kehendak Allah, dan di bawah perintah-Nya.
Kadang Allah menguji manusia dengan kelaparan. Apabila engkau membaca Kitab ‘Al-Mudhisy’ (Peristiwa yang mencengangkan) hal. 64-70, karya Ibnul Jauzi rohimahullah, engkau akan mendapati adanya berbagai bangsa yang mati karena kelaparan.
Di Musnad Al-Imam Ahmad dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sholat, beliau bergumam dengan sesuatu yang kami tidak memahaminya dan beliau tidak memberitahukannya kepada kami.
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah kalian mengetahui aku bergumam?”
Ada seseorang berkata, “Ya.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku menyebutkan seorang nabi yang diberi banyak pasukan dari kaumnya. Nabi itu berkata, ‘Siapa yang akan mencukupi (kebutuhan) mereka? Siapa yang mengurusi mereka?’
Maka Allah mewahyukan kepadanya, ‘Berikan pilihan kepada kaummu salah satu dari tiga hal; Aku kuasakan musuh atas mereka atau kelaparan atau kematian.
Kemudian nabi itu bermusyawarah dengan kaumnya tentang hal itu.
Mereka berkata, ‘Engkau nabi Allah, kami serahkan urusannya kepadamu, maka pilihkan untuk kami.’
Kemudian Nabi itu bangkit untuk sholat. Mereka bila takut mereka minta tolong dengan sholat. Kemudian nabi itu sholat. Nabi itu berkata, ‘Adapun musuh dari selain mereka maka tidak, atau kelaparan maka tidak, akan tetapi kematian.’ Kemudian kematian menguasai mereka selama tiga hari. Sampai 70.000 orang dari mereka meninggal.
Dan gumamanku yang kalian lihat, sesungguhnya aku berkata: Ya Allah Ya Robbku, demi Engkau aku berperang, demi Engkau aku menyerang, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.”
Jika kamu membaca tarikh, engkau akan dapati umat-umat mati karena kelaparan. Kadang keadaannya berakhir sampai sebagian mereka makan yang lain. Dan siapa yang mampu untuk menentang Allah dan memaksakan keinginannya kepada Allah?
Dan ada umat-umat yang mati karena sebab sakit, atau dengan sebab lain. Bahkan kadang turun batu dari langit.
Adzab yang turun apapun bentuknya karena sebab dosa
Semua adzab itu turun dengan sebab dosa.
Allah I berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (112)
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl: 112).
Sesungguhnya umat ini telah melakukan kejahatan yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu.
Wajib kita kembali dan merendahkan diri kepada Allah, sebelum turun adzab
Maka wajib atas kita untuk kembali kepada Allah, semoga Allah merohmati kita.
Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), "Makanlah oleh kalian dari rezki yang (dianugerahkan) Robb kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya. (Negeri kalian) adalah negeri yang baik dan (Robb kalian) adalah Robb Yang Maha Pengampun.” Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba’: 15-16)
Kami menyebutkan ini agar seseorang tidak tertipu dengan keutamaan yang diberikan Allah kepadanya:
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ (30)
“Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?" (QS. Al-Mulk: 30)
وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَى مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا (42)
“Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya.” (QS. Al-Kahfi: 42)
Demikian juga nasib suatu kebun yang dikisahkan dalam Surat Al-Qolam dan apa yang terjadi padanya.
Maka wajib atas kita untuk kembali kepada Allah. Sesungguhnya adzab Allah itu keras. Dan siksaan Allah itu dahsyat. Meskipun Allah Maha Pengampun Maha Penyayang, akan tetapi Allah Maha keras siksa-Nya.
Wajib atas kita untuk kembali kepada Allah sebelum ditimpakan kepada kita bencana yang ditimpakan kepada selain kita.
(Sumber: Idhoh Al-Maqol Fii Asbab Az-Zilzal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar