28.10.09

Keterasingan Islam & Keutamaan Orang-orangnya

Oleh: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah

Kitab Fadhul Islam bag 12:
BAB TENTANG KETERASINGAN ISLAM
DAN KEUTAMAAN ORANG-ORANG YANG ASING

Dan Allah Ta’ala berfirman:
(فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلاً مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ )
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang pengrusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka.” ( QS. Hud: 116).



Dan dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu secara marfu’:
(( بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ))
“Sesungguhnya Islam itu mulai dalam keadaan asing, dan akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana ketika mulai pertama kali. Maka berbahagialah Al-Ghuroba.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud dan di dalamnya (ada lafadz), “Siapakah Al-Ghuroba itu?” Beliau menjawab:
((النُّـزَّاعُ مِنَ القَبَائِل))
“Orang-orang asing di antara kabilah-kabilah.”
Dan dalam satu riwayat lain:
((الْغُرَبَاءُ الَّذِينَ يَصْلُحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاس))
“Ghuroba adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika manusia rusak.”


Dan bagi At-Tirmidzi (ada riwayat) dari hadits Katsir bin ‘Abdillah dari bapaknya, dari kakeknya:
((طُوبَى لِلْغُرَبَاء الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِي))
“Berbahagialah ghuroba, yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan sunnahku yang dirusak manusia.”


Dan dari Abu Umayyah dia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Tsa’labah, aku katakan padanya, “Wahai Abu Tsa’labah apa yang engkau katakan tentang ayat ini:
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ)
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudhorot kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk.”” (QS. Al-Maidah: 105).
Maka dia (Abu Tsa’labah) menjawab, “Demi Allah, engkau telah menanyakannya kepada orang yang tahu. Aku pernah menanyakannya kepada Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((بَلْ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتُمْ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّابِرُ فِيهِنَّ كَالْقَابِْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ))
“Bahkan perintahkanlah kalian kepada yang ma’ruf dan laranglah dari yang mungkar, hingga kalian melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia diutamakan, dan setiap orang merasa bangga dengan pendapatnya. Maka wajib atasmu dengan kekhususan dirimu dan tinggalkanlah orang-orang awam. Sesungguhnya di belakang kalian akan ada hari-hari. Oarang yang sabar di hari-hari itu seperti orang yang menggenggam bara api. Orang yang beramal di saat itu akan mendapatkan pahala semisal pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalan kalian.”
Para shohabat bertanya: “Semisal pahala lima puluh orang dari kami atau dari mereka?”
Rosulullah menjawab, “Bahkan semisal lima puluh kali dari kalian.”1


Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dan Ibnu Wadhoh meriwayatkan hadits yang semakna dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dengan lafadz:
((إن بعدكم أياماً الصابر فيها المتمسك بمثل ما أنتم عليه اليوم؛ له أجر خمسين منكم))
“Sesungguhnya sepeninggal kalian akan ada hari-hari dimana orang yang bersabar padanya adalah orang yang berpegang teguh dengan seperti apa yang kalian pegangi pada hari ini. Dia akan mendapat limapuluh kali pahala dari kalian.”
Ada bertanya: “Ya Rosulullah, lima puluh kali pahala dari mereka?”
Rosulullah menjawab, “Bahkan (lima puluh kali pahala) dari kalian.”
Kemudian dia (Ibnu Wadhoh) berkata: Telah memberitahukan kepada kami Muhammad bin Sa’id, telah memberitahukan kepada kami Asad, telah berkata Sufyan bin ‘Uyainah, dari Aslam Al-Bashri, dari Sa’id saudaranya Al-Hasan dia memarfu’kannya, aku katakan kepada Sufyan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Dia berkata, “Ya.” Beliau bersabda:.
((إنكم اليوم على بينة من ربكم تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتجاهدون في سبيل الله، ولم تظهر فيكم السكرتان: سكرة الجهل وسكرة حب العيش، وستحولون عن ذلك فلا تأمرون بالمعروف ولا تنهون عن المنكر، ولا تجاهدون في الله، وتظهر فيكم السكرتان، فالمتمسك يومئذٍ بالكتاب والسنة له أجر خمسين))
“Sesungguhnya kalian pada hari ini di atas bayyinah (ilmu) dari Robb kalian, kalian beramar ma’ruf nahi mungkar, dan kalian berjihad di jalan Allah, dan belum nampak pada kalian dua kemabukan yaitu mabuk kebodohan dan cinta dunia. Kemudian kalian akan berubah dari hal itu. Sehingga kalian tidak lagi beramar ma’ruf nahi mungkar, kalian tidak berjihad di jalan Allah, dan nampak pada kalian dua kemabukan. Maka pada hari itu orang yang berpegang teguh dengan al-kitab dan as-sunnah dia akan mendapat pahala lima puluh orang.”
Ada yang bertanya, “Pahala lima puluh orang dari mereka?” Rosulullah menjawab, “Tidak bahkan dari kalian.”
Dan baginya dengan sebuah sanad dari Al-Mu’afiri, dia berkata, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((طوبى للغرباء الذين يمسكون بكتاب الله حين يترك ويعملون بالسنة حين تطفأ))
“Berbahagialah al-ghuroba yaitu orang-orang yang berpegang teguh dengan kitabullah ketika (kitabullah itu) ditinggalkan, dan mereka mengamalkan sunnah ketika (sunnah itu) telah mati.”


========================
Ta’liq Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah


1 Di dalam hadits ini ada dorongan untuk tetap istiqomah dalam keterasingan. Dan hendaknya seorang mukmin beristiqomah dan bersemangat untuk istiqomah dalam keterasingannya di kalangan manusia. Dan hendaknya dia tidak tertipu dengan banyaknya orang-orang yang binasa. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang shohih ketika Ash-Shiddiq membaca ayat ini:.
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ)
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian. Tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudhorot kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk.” (QS. Al-Maidah: 105).


Dia berkata: “Rosululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُنْكِرُوهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ)).
“Jika manusia melihat kemungkaran dan mereka tidak mengingkarinya, maka hampr-hampir Allah akan menyamaratakan siksa-Nya kepada mereka.”


Adapun firman Allah:
(لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ)
“Tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudhorot kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk.”


Yang dimaksud petunjuk di sini adalah hidayah, memerintahkan kepada perkara yang ma’ruf. Maka orang yang sesat itu tidak akan memudhorotkan manusia apabila manusia itu istiqomah, memerintahkan pada kebaikan, dan mengingkari kemungkaran. Sebagian manusia menyangka bahwasanya dia dikatakan mendapat petunjuk yaitu apabila dia menunaikan ketaatan secara khusus. Ini salah. Dan termasuk hidayah adalah beramar ma’ruf nahi munkar. Ini termasuk sebab-sebab untuk mendapat hidayah. Oleh karena itu Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu ketika berkhutbah di hadapan manusia ketika menjadi kholifah, dia berkata, “Sesungguhnya kalian membaca ayat ini akan tetapi kalian menempatkan tidak pada tempatnya:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ)
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudhorot kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk.” (QS. Al-Maidah: 105).


Sesungguhnya aku mendengar Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:.
((إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُنْكِرُوهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ))
“Jika manusia melihat kemungkaran dan mereka tidak mengingkarinya, maka hampir-hampir Allah menyamaratakan siksa-Nya kepada mereka.”


Demikian pula ketika beliau mengomentari ayat tersebut, beliau bersabda:.
((بَلْ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتُمْ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّابِرُ فِيهِنَّ كَالْقَابِْضِ عَلَى الْجَمْرِ))
“Perintahkanlah oleh kalian yang ma’ruf dan laranglah kemungkaran sampai kalian melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dan dunia diutamakan, dan setiap orang merasa bangga dengan pendapatnya. Maka (pada saat itu) wajib atas kalian dengan kekhususan diri kalian sendiri dan tinggalkanlah orang-orang awam, karena di belakang kalian ada hari-hari. Orang yang bersabar di saat itu bagaikan orang yang memegang bara api.”


Allah tempat kita meminta pertolongan. Mereka itulah ghuroba (orang-orang yang asing) yang mengadakan perbaikan ketika manusia telah rusak, dan mereka memperbaiki apa-apa yang telah dirusak manusia dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan berpegang teguh dengan Al-Qur’an ketika manusia meninggalkannya.
(((( بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ))
“Sesungguhnya Islam mulai dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana ketika mulai, maka berbahagialah al-ghuroba.”
Maka al-ghuroba adalah orang-orang yang melakukan perbaikan, senantiasa istiqomah, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan berdakwah di jalan Allah ketika zaman telah rusak dan penduduknya telah berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar