28.10.09

Peringatan Terhadap Penyelewengan dalam Agama

Oleh: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah

Kitab Fadhul Islam bag 11:
BAB FIRMAN ALLAH TA’ALA
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitroh Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitroh itu. Tidak ada perubahan pada fitroh Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30).

Dan firman Allah ta’ala:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Ibrohim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrohim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(QS. Al-Baqoroh: 132).



Dan firman Allah:
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrohim seorang yang hanif." Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. An-Nahl: 123).


Dan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ وُلَاةً مِنْ النَّبِيِّينَ وَإِنَّ وَلِيِّي مِنْهُمُ أَبِي إِبْرَاهِيم وَخَلِيلُ رَبِّي))
“Sesungguhnya setiap nabi itu memiliki wali-wali dari kalangan para nabi, dan sesungguhnya waliku dari kalangan para nabi adalah bapakku Ibrohim dan kholil (kekasih terdekat) Robbku.”
Kemudian beliau membaca:
(إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ)
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrohim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imron: 68)
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.


Dan dari Abi Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُم وَلاَ إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ))
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada badan-badan kalian, juga tidak kepada harta-harta kalian. Akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian dan amal-amal kalian.”1


Dan bagi keduanya (Al-Bukhori dan Muslim ada hadits) dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، ولَيُرْفَعَنَّ إِلَيَّ رِجَالٌ مِنْ أُمَّتِي حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لِأُنَاوِلَهُمْ اخْتُلِجُوا دُونِي فَأَقُولُ: أَيْ رَبِّ! أَصْحَابِي! فيُقَالُ: إِنَّكَ لا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ))
“Sesungguhnya aku akan mendahului kalian ke Telaga Al-Haudh, dan sungguh akan ditampakkan kepadaku orang-orang dari umatku, sampai ketika aku ingin untuk menggapai mereka, mereka dipisah dariku. Maka aku berkata: Wahai robbku! Para sahabatku! Maka dikatakan: “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.””


Dan bagi keduanya (Al-Bukhori dan Muslim ada hadits) dari Abu Huroiroh radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا))
“Aku suka kita melihat saudara-saudara kita.”
Para shohabat bertanya, “Wahai Rosulullah, bukankah kami adalah saudara-saudaramu (seiman)?”
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
((أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ))
“Kalian adalah shohabat-shohabatku, adapun saudara-saudara kita adalah orang-orang yang belum datang.”
Para shohabat bertanya, “Bagaimana engkau mengenali orang-orang yang belum datang dari umatmu, ya Rosulullah?”
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
((أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ؟))
“Apa pendapatmu jika ada seseorang yang memiliki seekor kuda yang putih muka dan kaki-kakinya di antara banyak kuda hitam, tidakkah dia mengenali kudanya?”
Para shohabat menjawab, “Tentu, wahai Rosulullah.”
(Kemudian) Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ، أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ، أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا ))
“Sesungguhnya mereka itu akan datang dalam keadaan wajah, kaki, dan tangan mereka putih karena wudhu. Dan aku mendahului mereka ke telaga al-haudh. Ketahuilah sungguh-sungguh beberapa orang akan diusir dari telagaku pada hari kiamat, sebagaimana diusirnya keledai yang tersesat. Aku menyeru mereka, “tidakkah kemari.” Kemudian dikatakan: “Sesungguhnya mereka telah mengubah (agama) sepeninggalmu.” Maka aku berkata, “Semoga Allah menjauhkan mereka.”3


Dan (riwayat) bagi Al-Bukhori:
((بَيْنَا أَنَا قَائِمٌ إِذَا زُمْرَةٌ حَتَّى إِذَا عَرَفْتُهُمْ خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْنِي وَبَيْنِهِمْ فَقَالَ هَلُمَّ فَقُلْتُ أَيْنَ قَالَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهِ قُلْتُ وَمَا شَأْنُهُمْ قَالَ إِنَّهُمْ ارْتَدُّوا بَعْدَكَ عَلَى أَدْبَارِهِمْ الْقَهْقَرَى ثُمَّ إِذَا زُمْرَةٌ –فذكر مثله- قال: فَلَا أُرَاهُ يَخْلُصُ مِنْهُمْ إِلَّا مِثْلُ هَمَلِ النَّعَمِ))
“Ketika aku berdiri, tiba-tiba ada sekelompok manusia. Sehingga ketika aku dapat mengenali mereka, tiba-tiba keluarlah seorang (malaikat) antara aku dan mereka. Lalu orang tersebut berkata, “Kemari.” Aku bertanya, “Kemana?” Dia menjawab: “Ke neraka.” Demi Allah, aku bertanya, “Bagaimana keadaan mereka?” Dia menjawab, “Sesungguhnya mereka murtad kembali sepeninggalmu mundur ke belakang mereka.” Kemudian tiba-tiba ada sekelompok manusia, lalu beliau menyebutkan sebagaimana yang semisalnya. Rosulullah berkata, “Maka aku tidak melihat mereka yang bisa lolos kecuali sedikit (seperti unta tanpa penggembala).”


Dan bagi mereka (ada riwayat) dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, maka aku (Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) katakan sebagaimana yang dikatakan oleh Hamba Sholeh (Nabi ‘Isa):
وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” ( QS. Al-Maidah: 117).


Dan bagi keduanya (Al-Bukhori dan Muslim ada riwayat) dari Abu Huroiroh secara marfu’:
((مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟ حَتَّى تَكُونُوا أَنتُمْ تَجْدَعُونَهَا))
“Tidak ada seorang anakpun kecuali dilahirkan di atas fitroh. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. Sebagaimana dilahirkan seekor hewan yang sempurna dari seekor hewan. Apakah kalian akan mendapati padanya ada hewan cacat (terpotong)? Sampai kalian yang memotong (anggota tubuh)nya.”
Kemudian Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu membaca firman Allah:
فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
“(Tetaplah atas) fitroh Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitroh itu.” (QS. Ar-Rum: 30).
Muttafaqun ‘alaih.


Dan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Dulu manusia bertanya kepada Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan, karena khawatir kejelekan itu akan menimpaku. Aku bertanya: “Wahai Rosulullah, dulu kami berada dalam masa jahiliyyah dan kejelekan, lalu Allah datangkan bagi kami kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejelekan?” Rosulullah menjawab, “Ya ada.”
Lalu aku bertanya lagi: “Apakah setelah kejelekan ini akan ada kebaikan?” Rosulullah menjawab, “Ya, akan tetapi di dalamnya ada kerusakan.”
Aku (Hudzaifah) bertanya: “Apa kerusakannya?”
Rosulullah menjawab,
((قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ))
“Suatu kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku yang engkau ketahui mereka dan engkau ingkari (amalan mereka).”
Aku berkata, “Apakah setelah kebaikan itu akan ada kejelekan?”
Rosulullah menjawab:
((نَعَمْ! فِتْنَةٌ عَمْيَاْء، وَدُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا))
“Ya! Fitnah yang membabi buta dan da’i-da’i yang menyeru ke pintu-pintu jahannam, barangsiapa yang menyambut seruan mereka, mereka akan melemparkannya ke neraka jahannam.”
Aku berkata: “Wahai Rosulullah, sifatkanlah (mereka) bagi kami.”
Rosulullah menjawab:
((هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا))
“Mereka itu dari bangsa kita dan mereka berbicara dengan bahasa kita.”
Aku berkata, “Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menemui hal yang seperti itu?”
Rosulullah menjawab:
((تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ))
“Berpegang teguhlah dengan jama’ah kaum muslimin dan imam-imam mereka.”
Aku berkata, “Jika tidak ada jama’ah (kaum muslimin) dan imam?”
Rosulullah bersabda:
((فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ))
“Tinggalkan golongan-golongan seluruhnya, walaupun engkau harus menggigit pangkal pohon hingga maut menjemputmu dan engkau dalam keadaan seperti itu.”
Hadits ini dikeluarkan oleh keduanya (Al-Bukhori dan Muslim).


Dan Al-Imam Muslim menambahkan: (Kemudian Hudzaifah bertanya,) “Kemudian setelah itu apa yang terjadi?” Rosulullah menjawab:
((ثُمَّ يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مَعَهُ نَهْرٌ وَنَارٌ فَمَنْ وَقَعَ فِي نَارِهِ وَجَبَ أَجْرُهُ وَحُطَّ وِزْرُهُ وَمَنْ وَقَعَ فِي نَهْرِهِ وَجَبَ وِزْرُهُ وَحُطَّ أَجْرُهُ))
“Kemudian keluarlah Ad-Dajjal, bersamanya ada sungai dan api. Barangsiapa jatuh di apinya maka telah tetap pahalanya dan dihapus dosa-dosanya. Dan barangsiapa jatuh di sungainya maka telah tetap dosanya dan dihilangkan pahalanya.”
Aku bertanya: “Kemudian apa yang terjadi?”
Rosulullah menjawab:
((ثُمَّ هِيَ قِيَامُ السَّاعَةِ))
“Kemudian terjadilah hari kiamat.”


Berkata Abul ‘Aliyah: “Pelajarilah al-islam, maka jika kalian telah mempelajarinya, janganlah kalian membencinya. Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan shirothol mustaqim, karena sesungguhnya itu adalah al-islam. Dan jangan kalian berpaling sedikitpun ke kanan atau ke kiri dari shirothol mustaqim ini. Dan wajib pula atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah nabi kalian dan berhati-hatilah kalian dari hawa-hawa ini.” 4 Selesai.


Perhatikan ucapan Abul ‘Aliyah -rohimahullah- ini adalah orang yang mulia dan paling tahu dengan masanya, dia memperingatkan manusia untuk berhati-hati dari al-hawa, barangsiapa yang mengikuti al-hawa maka sungguh dia telah membenci Islam, dan tafsir Islam dengan as-sunnah dan Islam, dan ketakutannya atas orang-orang yang berilmu dari kalangan tabi’in dan ulama-ulama mereka dari keluar (meninggalkan) as-sunnah dan al-kitab. Oleh karena itu telah jelas bagimu makna firman Allah:
(إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ )
“Ketika Robbnya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!".” ( QS. Al-Baqoroh: 131).


Dan firman-Nya:
(وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)
“Dan Ibrohim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrohim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Al-Baqoroh: 132).


Dan firman Allah:
(وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ)
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrohim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” (QS. Al-Baqoroh: 130).
Dan serupa dengan pokok-pokok yang agung ini dimana itu merupakan dasar dari pokok-pokok agama, sedangkan manusia telah melalaikannya. Maka dengan mengetahui dasar pokok ini akan menjadi jelas makna hadits-hadits dalam bab ini dan yang semisalnya. Dan adapun manusia yang membacanya dan membaca yang semisalnya dalam keadaan merasa aman tenang, bahwa pokok-pokok ini tidak akan mengenainya, dan mengira bahwa pokok-pokok itu ada pada satu kaum yang dulu ada dan telah binasa.
(أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ)
“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rof: 99).


Dan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: “Suatu hari Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis bagi kami, kemudian beliau bersabda, “Ini adalah jalan Allah.”
Kemudian beliau membuat banyak garis di kanan dan kiri (garis yang pertama), kemudian bersabda:
((هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ))
“Ini adalah jalan-jalan yang di setiap jalannya ada syaithon yang menyeru kepadanya.”


Kemudian beliau membaca firman Allah:
(وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” ( QS. Al-An’am: 153).
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i.5


========================
Ta’liq Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah


1. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُم وَلاَ إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ))
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada badan-badan kalian, juga tidak kepada harta-harta kalian. Akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian dan amal-amal kalian.”
Maka yang dipandang oleh Allah itu adalah hati-hati dan amalan, adapun bentuk tubuh dan harta-harta akan hilang nilainya bila tidak digunakan untuk ketaatan kepada Allah. Akan tetapi yang dipandang oleh Allah itu adalah hati-hati apabila hati-hati itu istiqomah dalam kecintaan kepada Allah, keikhlasan kepada-Nya, rasa takut kepada-Nya, dan pengharapan kepada-Nya, dan jika amalan-amalannya sholih, ikhlas karena Allah, dan mencocoki sunnah. Maka inilah yang akan memberi manfaat kepada pemiliknya, yaitu baiknya hati dan amalan.
=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya tentang sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada badan-badan kalian, juga tidak kepada harta-harta kalian. ….”
Syaikh menjawab: maksudnya adalah bahwa badan-badan dan harta-harta itu tidak ada nilainya. Jadi maksud peniadaan pandangan pada keduanya ini karena keduanya ini tidak ada nilainya, semisal firman Allah:
(لا ينظر إليهم ولا يزكيهم)
“Dan (Allah) tidak akan melihat mereka dan tidak akan mensucikan mereka.”
Ini karena kemurkaan-Nya kepada mereka. Dan tak ada yang tersembunyi bagi Allah subhanahu, Dia Jalla wa ‘Ala melihat segala sesuatu. Dan yang dimaksud pandangan di sini adalah pandangan ridho dan cinta.


2 Dan dalam lafadz lain:
((إنهم لم يزالوا مرتدين على أدبارهم منذ فارقتهم))
“Sesungguhnya mereka terus menerus kembali (murtad) ke belakang mereka, sejak engkau meninggalkan mereka.”
Oleh karena itu mereka dihalangi dari al-haudh karena mereka murtad. Dan orang-orang yang murtad pada masa Abu Bakar mereka itu terhalangi dari al-haudh. Adapun orang-orang yang mati di atas keimanannya, maka sungguh mereka akan mendatangi al-haudh.


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya tentang sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits:
((أي رب أصحابي))
“Wahai Robbku mereka adalah para sahabatku.”
Maka syaikh menjawab: Para sahabatnya (di sini) adalah orang-orang yang bersama beliau. Orang-orang itu murtad setelah mereka masuk Islam pada masa Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan orang-orang itu kembali murtad pada masa Abu Bakar sehingga Abu Bakar dan para shohabat lainnya memerangi mereka (orang-orang yang murtad).


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya tentang orang fasik apakah mereka itu mendatangi Al-Haudh?
Asy-Syaikh menjawab: Zhohir hadits ini mencakup orang itu karena orang fasiq itu bukan termasuk orang-orang yang murtad. Akan tetapi orang fasik itu dalam bahaya. Dan telah datang dalam sebagian riwayat yang berisi ancaman (terhadap orang fasik). Maka seharusnya dia berhati-hati. Ancaman (diusir dari al-haudh) itu hanya bagi orang-orang yang murtad yang terus menerus dalam kemurtadan sejak engkau (Rosulullah) meninggalkan mereka. Adapun pelaku kemaksiatan bukan termasuk orang-orang yang murtad. Dia adalah orang yang kurang dan lemah iman, sehingga orang itu dikawatirkan. Hendaknya dia itu berhati-hati (dari kemaksiatan).


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya tentang ahlul bid’ah, apakah mereka itu termasuk orang-orang yang diusir dari al-haudh?
Asy-Syaikh menjawab: “Tentang ahlul bid’ah itu ada perinciannya. Di antara mereka ada orang-orang yang kafir dan ada pula orang-orang yang muslim. Adapun ahlul bid’ah yang kafir maka dia tidak mendatangi al-haudh. Kita memohon al-‘afiyah (keselamatan) kepada Allah.”


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya tentang orang-orang rofidhoh, apakah mereka itu termasuk ke dalam 72 golongan (yang masuk ke dalam neraka)?”
Asy-Syaikh menjawab: “Rofidhoh itu masuk ke dalam golongan tersebut. Akan tetapi di antara mereka ada yang kafir dan ada yang muslim. Adapun orang-orang rofidhoh yang mengibadahi selain Allah mereka adalah orang-orang kafir. Orang-orang rofidhoh yang mengutamakan ‘Ali di atas ‘Utsman atau di atas Abu Bakar Ash-Shiddiq, maka mereka itu bukan termasuk orang-orang kafir akan tetapi mereka adalah ahlul bid’ah. Adapun barangsiapa yang berdoa kepada ‘Ali atau ahlul bait dan ghuluw terhadap mereka, maka dia menjadi orang kafir. Atau orang yang mengatakan: “Sesungguhnya yang berhak atas kenabian adalah ‘Ali akan tetapi Jibril telah berkhianat.” Maka orang tersebut telah kafir murtad. Hanya kepada Allah kita memohon al-‘afiyah (keselamatan).
Dan diantara 72 golongan itu terdapat orang-orang kafir dan orang yang bermaksiat. Di dalamnya juga terdapat ahlul bid’ah yang sesat dan ahlul bid’ah yang tidak kafir. Bahkan mereka semua terkumpul dalam menyambut (dakwah) Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka termasuk umat ijabah. Adapun umat dakwah banyak. Orang-orang yahudi dan nasrani termasuk ummat dakwah, dimana mereka itu tidak ada nilainya. Mereka itu termasuk penghuni neraka. Akan tetapi 73 golongan yang menyambut dakwah Rosulullah, yang menyangka bahwa mereka termasuk pengikut Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyangka bahwa mereka itu telah menyambut dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.Orang yang selamat diantara mereka adalah frqoh an-najiyah (golongan yang selamat) yang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menempuh manhaj beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun 72 golongan lainnya, yang di dalamnya terdapat orang yang sesat, orang yang kafir, dan orang yang bermaksiat, serta ahlul bid’ah yang sesat, semuanya itu bertingkat-tingkat dalam hal mendapat ancaman dengan neraka. Hanya kepada Allah kita memohon al-‘afiyah (keselamatan).


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya: “Apakan dibedakan antara orang yang tahu dan orang yang jahil (tidak tahu)?”
Asy-Syaikh menjawab: “Berbeda-beda perkaranya. Di sebagian perkara kadang orang jahil mendapatkan udzur karena kejahilannya, namun di sebagian perkara lain orang jahil tidak mendapatkan udzur.”


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya tentang apakah rofidhoh mendapatkan udzur dengan kejahilannya?
Asy-Syaikh menjawab: “Barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah dan beristighotsah (meminta pertolongan dari kesusahan) kepada selain Allah, maka mereka kafir secara mutlak. Karena mereka itu tinggal di antara kaum muslimin dan telah sampai Al-Qur’an dan as-sunnah kepada mereka, Allah jadikan Al-Qur’an sebagai peringatan dan penjelasan yang sempurna:
هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ
“(Al-Quran) ini adalah sebagai penjelasan yang sempurna bagi manusia.” (QS. Ibrohim: 52).
وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْءَانُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
“Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya).” (QS. Al-An’am: 19).
Maka barangsiapa yang kafir padahal dia berada di kalangan kaum muslimin dan dia beristighotsah kepada selain Allah, atau mengibadahi Al-Badawiy atau lainnya, maka meskipun berasal dari golongan rofidhoh, maka dia dihukumi kafir. Kita memohon keselamatan kepada Allah.


=> Asy-Syaikh rohimahullah ditanya bahwasanya sebagian manusia berkata: “Sesungguhnya pengikut ibadhiyah dan zaidiyah itu lebih utama dari kebanyakan orang yang menisbahkan diri pada madzhab yang empat?
Asy-Syaikh menjawab: “Ibroh (yang dianggap) itu bukan dari madzhab yang empat, tetapi yang dianggap adalah dengan aqidah, dengan firman Allah, dan sunnah Rosul-Nya. Di antara pengikut madzhab yang empat itu ada orang-orang yang sesat dan ada orang-orang yang muslim. Akan tetapi yang penting adalah berpegang teguh dengan kitabullah dan sunnah rosul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, berjalan di atas manhajnya para shohabat dan para pengikut shohabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah semata, istiqomah di atas agama-Nya, serta meninggalkan bid’ah. Mereka itulah ahlussunnah wal jama’ah.” Selesai ucapan Asy-Syaikh rohimahullah.


3 Allah akbar, Allahu akbar! Maksudnya: semoga dijauhkan, semoga dijauhkan bagi orang yang mengubah-ubah (agama) sesudahku. La haula wala quwwata illa billah. (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.) Dan ini adalah tanda umat beliau ghurrun muhajjalun (putih wajah, kaki, dan tangan mereka), karena bekas wudhu, yaitu ummat Nabi Muhammad yang menyambut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.


4 Maksudnya: jauhilah hawa-hawa. Dan hawa-hawa di sini adalah bid’ah. Maka berhati-hatilah dari bid’ah, beriltizamlah (tetaplah) pada jalan (sunnah) ini.


5 Ini menjelaskan bahwa yang wajib atas seorang mukmin untuk berhati-hati dan tidak tertipu dengan banyaknya (pengikut kesesatan). Dan hendaknya dia tunduk dengan as-sunnah dan dalil. Hendaknya dia mengkawatirkan dirinya dan tidak merasa aman (dari adzab Allah), karena Allah ta’ala berfirman:
(أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ)
“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rof: 99).
Hendaknya dia beramal dan bersungguh-sungguh dalam ketaatan dalam keadaan takut, tidak merasa aman (tenang). Bahkan hendaknya dia berhati-hati dari bid’ah dan kemaksiatan, mengikuti ahlul haq (pengikut kebenaran), dan berjalan bersama mereka, serta menjauhi ahlul bathil dan pengikutnya. Demikianlah hendaknya seorang mukmin itu senantiasa berhati-hati. Allah ta’ala berfirman:
(إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ * جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Robb mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridho kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Robbnya.” (QS. Al-Bayyinah: 8).
Dan Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
(إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ)
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Robbnya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Mulk: 12).
Dan Allah Subhanahu berfirman:
(فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ)
“Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” ( QS. Ali ‘Imron: 175).
Dan Allah Ta’ala berfirman:
(وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Robbnya ada dua surga.” (QS. Ar-Rohman: 46).
Maka wajib untuk berhati-hati dan tidak ada ketenangan dalam pendapatnya fulan dan fulan sampai engkau mengetahui dalil dari al-kitab dan as-sunnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar