12.4.10

Tawadhu’lah (Bersikap rendah hatilah) karena Allah, Wahai Penuntut ilmu!

Muhadharah bersama: Yang Mulia Saleh Bin Saad As-Suhaimi

Orang yang rendah hati karena Allah, maka Allah akan mengangkatnya, tetapi banyak orang-orang berpura-pura sebagai ‘alim, mereka sampai kepada tingkatan terkena ghurur hanyalah karena merasa ’alim, sombong, angkuh, dan ghurur (tertipu) dengan apa yang telah dia peroleh dari ilmu yang sedikit.

Sebagian salaf berkata:
لا يزال الرجل عالمًا ما طلب العلم؛ فإذا ظن أنه عَلم فقد جهل
“Terus-menerus orang itu menjadi seorang ‘alim (orang yang berilmu) selama dia menuntut ilmu, jika dia mengira telah berilmu, maka sesungguhnya dia telah bodoh.”



Termasuk faedah yang kami peroleh dari Ustadz kami Syaikh Hammad -semoga Allah merahmati beliau-, dan beliau termasuk masyayikh dakwah salafiyah al-mubarakah yang berada di atas manhaj para imam kita yang mulia baik dulu maupun sekarang, beliau berkata:
إن العلم ثلاثة أنواع: علم يورث الكبر. علم يورث الخشية. علم يورث التواضع
“Ilmu itu ada tiga jenis: ilmu yang mewariskan kibr (kesombongan), ilmu yang mewariskan rasa khasyah (takut kepada Allah), dan ilmu yang mewariskan tawadhu’.”

Kemudian beliau merinci dan menjelaskan: bahwa sebagian orang yang memperoleh sedikit ilmu, kemudian dia mulai berbangga dengannya atas manusia dan merendahkannya dan berpura-pura fasih, dan memilih perkataan yang aneh, dan berbicara dengan perkara-pekara yang aneh, dan dia menyelisihi dalam fatwa-fatwanya, dan terburu-buru dalam berfatwa, dan lain-lain. Inilah ilmu yang mewariskan kibr (kesombongan). Mungkin ia memiliki sedikit ilmu, tetapi dia menyia-nyiakannya dengan sifat kibr (sombong) ini. Kalau ia merasa dirinya bahwa ilmu ini menjadikan dia merasa besar atas manusia dan merasa kibr (sombong), maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan sadarlah bahwa dia telah sampai kepada jenjang yang berbahaya.
Ilmu ini yang mewariskan kibr. ...

Ilmu yang mewariskan rasa takut adalah ilmu seseorang yang mengamalkan ilmu tersebut, setiap dia memperoleh ilmu, dia mengamalkannya dan mendakwahkannya, setelah dia melakukan tatsabbut (validasi) dan penelitian, setelah dia belajar kepada para ulama rabbani, dan duduk bersimpuh di sisi mereka. Inilah ilmu yang mewariskan khasyah (rasa takut kepada Allah).

Allah berfirman:
( إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ )
“Hanya para ulama lah yang merasa takut kepada Allah.” (QS. Fathir: 2).

Ilmu yang mewariskan tawadhu’ (kerendahan hati): jika dia engkau takut kepada Allah, hasilnya apa!?
Tawadhu’ kepada para hamba Allah, jika ia takut kepada Allah maka dia tawadhu’ kepada para hamba Allah. Ini menegaskan apa yang dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من تواضع لله رفعه
“Barangsiapa yang tawadhu karena Allah, maka Allah akan mengangkatnya.”

Oleh karena itu, tawadhu’lah kepada Allah, wahai para penuntut ilmu! Wahai kaum muslimin! Hal ini membuat seorang muslim: berhati bersih, berniat bersih, bersih minumnya; maksudnya dia mencari kebenaran, selalu dia merasa melakukan banyak kekurangan di sisi Allah, selalu merasa bahwa dia tidak memperoleh sesuatupun dibandingkan para ulama rabbaniy yang lannya. Sehingga dia tawadhu’, merendah karena Allah, dan dia menyampaikan sesuai yang diberikan Allah, dan dia tidak melampaui batasannya, sesuai yang ditetapkan oleh Allah.
(Sumber: http://sahab.net/home/index.php?Site=News&Show=911)

1 komentar:

  1. Semoga kita bisa mengambil faedah nasehat ini, dan mengamalkannya...

    BalasHapus